Pembentukan organometalik
Senyawa organologam adalah senyawa di mana atom-atom
karbon dari gugus organik terikat kepada atom logam. Contoh, suatu aloksida
seperti (C3H7O)4Ti tidaklah dianggap sebagai
suatu senyawa organologam karena gugus organiknya terikat pada Ti melalui
oksigen, sedangkan C6H5Ti(OC3H7)3
karena terdapat satu
ikatan langsung antara karbon C dari gugus fenil dengan logam Ti.HH Istilah
organologam biasanya didefenisikan agak longgar, dan senyawaan dari unsur-unsur
seperti Boron, fosfor, dan silikon semuanya mirip logam. Tetapi untuk senyawa yang mengandung
ikatan antara atom logam dengan oksigen, belerang, nitrogen, ataupun dengan
suatu halogen tidak termasuk sebagai senyawa organologam. Dari bentuk ikatan
pada senyawa organologam, senyawa ini dapat dikatakan sebagai jembatan antara
kimia organik dan anorganik.
Sifat senyawa organologam yang umum
ialah atom karbon yang lebih elektronegatif daripada kebanyakan logamnya.
Senyawa komplek logam (biasanya logam-logam transisi) merupakan senyawa yang memiliki
satu atau lebih ikatan logam-karbon. Senyawa organologam terdiri dari atom
pusat dan ligan (Blaser et al, 2000).
Terdapat
beberapa kecenderungan jenis-jenis ikatan yang terbentuk pada senyawaan
organologam:
a. Senyawaan ionik dari logam elektropositif
Senyawaan organo dari logam yang relatif sangat
elektropositif umumnya bersifat ionik, tidak larut dalam pelarut organik, dan
sangat reaktif terhadap udara dan air. Senyawa ini terbentuk bila suatu radikal
pada logam terikat pada logam dengan keelektropositifan yang sangat tinggi,
misalnya logam alkali atau alkali tanah. Kestabilan dan kereaktifan senyawaan
ionik ditentukan dalam satu bagian oleh kestabilan ion karbon. Garam logam
ion-ion karbon yang kestabilannya diperkuat oleh delokalisasi elektron lebih
stabil walaupun masih relatif reaktif. Adapun contoh gugus organik dalam
garam-garaman tersebut seperti (C6H5)3C-Na+
dan (C5H5)2Ca2+.
b.
Senyawaan yang
memiliki ikatan -σ (sigma)
Senyawaan organologam
dimana sisa organiknya terikat pada suatu atom logam dengan suatu ikatan
yang digolongkan sebagai ikatan kovalen (walaupun masih ada karakter-karakter
ionik dari senyawaan ini) yang dibentuk oleh kebanyakan logam dengan
keelektropositifan yang relatif lebih rendah dari golongan pertama di atas, dan
sehubungan dengan beberapa faktor berikut:
1.
Kemungkinan
penggunaan orbital d yang lebih tinggi, seperti pada SiR4 yang tidak
tampak dalam CR4.
2.
Kemampuan donor alkil
atau aril dengan pasangan elektron menyendiri.
3.
Keasaman Lewis
sehubungan dengan kulit valensi yang tidak penuh seperti ada BR2
atau koordinasi tak jenuh seperti ZnR2.
4.
Pengaruh perbedaan
keelektronegatifan antara ikatan logam-karbon (M-C) atau karbon-karbon (C-C).
c.
Senyawaan yang
terikat secara nonklasik
Dalam banyak senyawaan organologam terdapat suatu jenis
ikatan logam pada karbon yang tidak dapat dijelaskan dalam bentuk ionik atau
pasangan elektron/kovalensi. Misalnya, salah satu kelas alkil terdiri dari Li,
Be, dan Al yang memiliki gugus-gugus alkil berjembatan. Dalam hal ini, terdapat
atom yang memiliki sifat kekurangan elektron seperti atom Boron pada B(CH3)3.
Atom B termasuk atom golongan IIIA, dimana memiliki 3 elektron valensi,
sehingga cukup sulit untuk membentuk konfigurasi oktet dalam senyawaannya.
2.2 Konsep
dasar Organologam dan Reaksi-reaksi Pembentukan Organologam
Pada
dasarnya Organologam prinsipnya yaitu atom-atom Karbon dari gugus organik
terikat kepada atom logam. Konsep ini yang mendasari Organologam, sehingga
banyak cara untuk menghasilkan ikatan-ikatan logam pada Carbon yang berguna
bagi kedua logam transisi dan non-transisi. Beberapa yang lebih penting adalah
sebagai berikut:
1.
Reaksi Logam langsung ; sintesis yang paling awal oleh ahli
kimia Inggris, Frankland dalam tahun
1845 adalah interaksi antara Zn dan suatu alkil Halida. Adapun yang lebih
berguna adalah penemuan ahli kimia Perancis, Grignard yang dikenal sebagai
pereaksi Grignard. Contohnya interaksi Magnesium dan alkil atau aril Halida
dalam eter:
Mg + CH3I → CH3MgI
Interaksi langsung alkil atau aril Halida juga terjadi
dengan Li, Na, K, Ca, Zn dan Cd.
2.
Penggunaan zat pengalkilasi. Senyawa ini dimanfaatkan untuk
membuat senyawa organologam lainnya. Kebanyakan Halida nonlogam dan logam atau
turunan Halida dapat dialkilasi dalam eter atau pelarut hidrokarbon, misalnya :
PCl3 + 3C6H5MgCl → P(C6H5)3 +
3MgCl2
VOCl3 + 3(CH3)3SiCH2MgCl
→ VO(CH2SiMe3)3 + 3MgCl2
3. Interaksi
Hidrida Logam atau nonlogam dengan alkena atau alkuna.
4. Reaksi
Oksidatif adisi. Reaksi yang dikenal sebagai reaksi Oksa dimana Alkil atau Aril
Halida ditambahkan pada senyawa logam transisi Koordinasi tidak jenuh
menghasilkan ikatan logam Karbon. Contohnya:
RhCl(PPh3)3
+ CH3I → RhClI(CH3)(PPh3)2 + PPh3
5. Reaksi
Insersi yaitu reaksi yang menghasilkan ikatan-ikatan dengan Karbon, sebagai
contoh:
SbCl5 + 2HC CH→Cl3Sb(CH=CHCl)2
Atom pusat dari suatu senyawa kompleks
yang digunakan antara lain logam-logam transisi deret pertama seperti: Cr, Mn,
Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn (HIjazi et al, 2008). Ligan dari suatu senyawa
komplek dapat mempengaruhi bentuk geometri dari senyawa organologam itu sendiri
sehingga dapat dimanfaatkan dalam berbagai reaksi kimia. Tabel 1 menjelaskan
tentang perbedaan jenis ligan yang terikat pada atom pusat, dimana memberikan
bentuk geometri yang berbeda dan perbedaan reaksi yang mampu dikatalisisnya.
Reaksi
Grignard
Reaksi Grignard adalah reaksi kimia organologam di mana alkil
- atau Aril-magnesium halides (reagen Grignard) menambah gugus karbonil
Aldehida atau keton. Reaksi ini adalah alat penting untuk pembentukan ikatan
antar karbon. Reaksi Halida organik dengan magnesium bukan reaksi Grignard, tetapi
menyediakan peraksi Grignard. Pereaksi Grignard memiliki rumus umum RMgX dimana
X adalah sebuah halogen, dan R adalah sebuah gugus alkil atau aril (berdasarkan
pada sebuah cincin benzen). Pereaksi Grignard sederhana bisa berupa CH3CH2MgBr.
MEKANISME REAKSI
Reagen Grignard berfungsi sebagai nukleofil, menyerang atom
karbon elektrofilik yang hadir dalam ikatan polar gugus karbonil. Penambahan
pereaksi Grignard untuk karbonil biasanya hasil melalui keadaan transisi
enam-beranggota cincin.
Mekanisme dari reaksi Grignard:
Namun, dengan pereaksi Grignard terhalang, reaksi dapat
melanjutkan dengan transfer elektron tunggal. Jalur serupa diasumsikan untuk
reaksi lain dari reagen Grignard, misalnya, dalam pembentukan ikatan antara
karbon-fosfor, timah-karbon, karbon-silikon, boron-karbon dan
karbon-heteroatom.
REAKSI-REAKSI DARI PEREAKSI GRIGNARD
Reaksi pereaksi Grignard dengan senyawa-senyawa karbonil
Reaksi antara berbagai macam senyawa karbonil dengan pereaksi
Grignard bisa terlihat sedikit rumit, walaupun pada kenyataannya semua senyawa
karbonil bereaksi dengan cara yang sama – yang berbeda hanyalah gugus-gugus
yang terikat pada ikatan rangkap C=O.
Apa yang terjadi pada reaksi ini jauh lebih mudah dipahami
dengan mencermati persamaan umumnya (menggunakan gugus "R" bukan
gugus tertentu) – setelah anda memahami dengan gugus R barulah bisa diganti
dengan gugus yang sesungguhnya jika diperlukan.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada dasarnya sama untuk reaksi
dengan karbon dioksida – yang membedakan hanya sifat-sifat produk organiknya.
Pada tahap pertama, pereaksi Grignard diadisi ke ikatan
rangkap C=O:
Asam encer selanjutnya ditambahkan untuk menghidrolisisnya.
(Pada persamaan berikut digunakan persamaan umum dengan tidak mempertimbangkan
fakta bahwa Mg(OH)Br akan bereaksi lebih lanjut dengan asam yang ditambahkan.)
Alkohol terbentuk. Salah satu kegunaan penting dari pereaksi
Grignard adalah kemampuannya untuk membuat alkohol-alkohol kompleks dengan
mudah. Jenis alkohol yang dihasilkan tergantung pada senyawa karbonil yang
digunakan – dengan kata lain, gugus R dan R’ yang dimiliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar